TIMES CIANJUR, CIAMIS – Gadis 19 tahun asal Ciamis, Jawa Barat, Tarisha Oktaviani Hermansyah bicara lantang soal pemberdayaan perempuan. Ia bukan hanya sekadar berbicara melainkan juga bergerak.
“Saya ingin perempuan percaya bahwa mereka berharga, pantas bersuara, dan punya hak yang sama untuk mengejar mimpinya,” ujar Tarisha kepada TIMES Indonesia melalui keterangan tertulis, Sabtu (17/5/2025).
Dalam hal ini anak pertama dari dua bersaudara yang juga seorang entrepreneur florist sekaligus freelancer model busana dan makeup, Tarisha membuktikan bahwa perempuan bisa multifaset.
Ia menyukai dunia modeling dan menulis kutipan inspiratif serta novel sebagai wujud ekspresi dirinya. Dengan akun Instagram @tarisaviaa, dia juga kerap menyuarakan pesan positif kepada generasi muda khususnya bagi sesama perempuan.
Dari Mojang Ciamis ke Ajang Nasional
Tak hanya aktif secara sosial, Tarisha juga mengukir prestasi. Ia meraih medali perunggu di ajang FIKSI (Festival Inovasi dan Kewirausahaan Indonesia) serta menyandang gelar Mojang Harapan 2 Kabupaten Ciamis. Lewat platform Putri Hijabfluencer, ia mengangkat advokasi bertajuk Women’s Empowerment.
“Budaya patriarki telah membelenggu banyak perempuan. Mereka takut melangkah dengan bebas karena batasan yang diciptakan masyarakat. Padahal, seperti halnya laki-laki, perempuan juga berhak bermimpi," ungkap dia.
Meneladani Perempuan Zaman Nabi
Menurut Tarisha, perempuan di zaman Rasulullah bisa menjadi panutan. “Khadijah adalah sosok pengusaha sukses yang mendukung dakwah. Aisyah adalah ahli hadist, dan Nusaibah bahkan ikut berperang,” ujarnya.
Ia ingin perempuan masa kini meneladani kekuatan dan keteguhan tokoh-tokoh tersebut.
Kemudian Tarisha menjelaskan bahwa women’s empowerment berarti memberikan kesempatan dan hak yang sama bagi perempuan dalam pendidikan, ekonomi, dan pengambilan keputusan. “Perempuan punya peran penting dalam membentuk peradaban,” tuturnya.
Peluang dan Tantangan
Lebih lanjut Tarisha melihat bahwa setiap perempuan memiliki potensi luar biasa. “Kita tidak bisa membandingkan warna satu dengan lainnya, karena semua warna indah,” ucapnya puitis. Ia percaya, jika dunia memberi ruang, perempuan akan mampu menginspirasi dan menciptakan perubahan.
Namun, tantangan masih membayangi. “Perempuan kerap terjebak dalam peran tradisional, tak diberi ruang sama sekali untuk berkembang,” ujarnya. Diskriminasi dan tekanan sosial membuat banyak mimpi perempuan terkubur dalam-dalam.
Harapan dan Ajakan
Di akhir perbincangan, Tarisha menyampaikan harapannya. “Saya ingin perempuan tumbuh seperti bunga yang indah melalui setiap pengalaman dan pembelajaran, menjadikannya kuat dan lembut dalam waktu bersamaan,” harapnya. Ia mengajak perempuan untuk mencintai dirinya, mempercayai proses, dan terus berani bermimpi.
“Mereka bisa membatasi langkahmu, tapi tidak bisa membatasi langitmu untuk melawan kemustahilan yang dunia ciptakan. Biarkan dirimu bersinar, dan tunjukkan bahwa perempuan juga pantas berkarya dan pantas dipandang setara," tutup Tarisha. (*)
Pewarta | : Wandi Ruswannur |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |