TIMES CIANJUR, CIANJUR – Cuaca ekstrem kembali memukul kehidupan para nelayan di pesisir selatan Kabupaten Cianjur. Gelombang tinggi yang disertai angin kencang selama sepekan terakhir menyebabkan puluhan perahu ketinting milik nelayan karam di sekitar dermaga.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur mencatat sebanyak 46 unit perahu mengalami kerusakan parah, bahkan tenggelam, akibat hantaman gelombang laut yang mencapai lebih dari tiga meter.
Sekretaris BPBD Cianjur, Asep Sudrajat, mengatakan bahwa hingga kini baru 16 perahu yang berhasil dievakuasi. “Sisanya masih dalam proses pengangkatan, dan ada tiga unit yang dilaporkan hilang, masih dalam pencarian oleh nelayan setempat,” ujarnya dalam keterangan yang diterima TIMES Indonesia, Sabtu (2/8/2025).
Lebih lanjut dia menyebutkan bahwa fenomena cuaca ini bukan hal biasa, dan terjadi secara berturut-turut dalam beberapa hari terakhir, memperparah situasi para nelayan yang menggantungkan hidup dari laut.
Dirinya menegaskan bahwa pihaknya sudah mengimbau para nelayan dan warga di sekitar pesisir untuk meningkatkan kewaspadaan serta menunda aktivitas melaut jika kondisi perairan sedang tidak bersahabat. "Kami minta agar keselamatan menjadi prioritas. Kalau gelombang masih tinggi, lebih baik tidak melaut dulu," katanya.
Selain kerugian fisik berupa perahu yang rusak, para nelayan juga menanggung kerugian ekonomi yang ditaksir mencapai Rp200 juta. Perahu-perahu tersebut merupakan alat utama mereka untuk menangkap ikan, dan dalam banyak kasus, perahu itulah satu-satunya sumber penghidupan keluarga. Sejumlah nelayan bahkan terlihat hanya bisa pasrah menyaksikan sisa-sisa perahu mereka hanyut terbawa ombak.
Warga berharap pemerintah segera turun tangan untuk membantu pemulihan, baik melalui bantuan darurat maupun program jangka panjang. Sejumlah pihak dari organisasi nelayan dan tokoh masyarakat juga mulai melakukan pendataan guna mengusulkan bantuan ke instansi terkait.
Bagi mereka, laut adalah ladang penghidupan yang kini berubah menjadi sumber duka. Peristiwa ini tentunya menjadi pengingat bahwa perubahan cuaca ekstrem tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga mengguncang sendi-sendi kehidupan masyarakat pesisir. (*)
Pewarta | : Wandi Ruswannur |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |